14 Desember 2009

Pinasthika 2008, Better Luck Lain Next Time



Ini adalah karya yang saya ciptakan bersama Kindi, teman saya, untuk dipersembahkan kepada lomba iklan tingkat nasional tahunan, Phinastika Awards 2008. Lumayan juga loh, untuk membuat karya segini aja kami butuh waktu 2 minggu, termasuk nanya-nanya ke orang-orang yang tahu tentang digital imaging.

Sebelum menjelaskan landasan pemikiran, proses kreatif dan produksinya, mungkin kalian ingin tahu lebih tentang lombanya. Oke, sip. Ini linknya, http://www.pinasthikaward.com/adstudent.html . kesimpulanya, tema dari lomba yang kami ikuti ialah meningkatkan kesadaran para mahasiswa akan pentingnya berpikir kritis (berpikir dengan cara yang berbeda dari “aturan-aturan” ataupun “pendapat-pendapat” yang sudah baku) selain mendapatkan prestasi akademik yang baik, we must menyakinkan para mahasiswa bahwa berpikir dengan kritis penting untuk menunjang keberhasilan karir mereka di masa depan.

Hadiah dari Lomba ini tidaklah sangat besar, Cuma di kasih kesempatan mengikuti seminar periklanan dan akomodasi ke Jogja sana, yang sangat besar dari lomba ini ialah tingkat kebanggaan jika memenagkannya, karna acara ini ialah acara tahunan berskala nasional.

Nah, sekarang dijelasin deh proses kreatif dan segala macemnya tentang iklan ini. inti yang Kindi ambil untuk dijadikan landasan ialah bahwa kita, anak muda harus berpikir peka dan peka berpikir dalam segala hal, peka terhadap hal-hal kecil sekalipun guna kesuksesan kita didunia profesi nanti.

Kami menggunakan perbandingan dua lembar uang kertas dengan pecahan yang sama, dikedua uang tersebut gambar pahlawannya sengaja kami bedakan dengan maksud menantang para audiens untuk menebak gambar mana yang benar, untuk mengecoh, gambar pahlawan dikedua uang tidaklah ada yang benar. Gambar yang kami tampilkan ialah gambar W.T Haryono dan S. Parman. padahal gambar yang benar ialah gambar I Gusti Ngurah Rai. Lalu Copy yang kami bubuhkan ialah " Katanya uang adalah segalanya, Nyatanya Kita Tidak Tahu Apa-apa, Jadikan Kepekaan Sebagai Garis Awal Kesuksesan". maksudnya, langkah awal untuk sukses ialah peka. Bagaimana kita mau sukses kalau uang, sebagai patokan sukses, saja kita tidak tahu detailnya, bisa-bisa kita dikasih uang gambar Dora pun mau-mau aja, yang penting ada tulisan pecahanya.

Untuk mendapatkan gambar pahlawan itu kami mencarinya di poster-poster yang biasa dijual abang-abang di depan SD. Ternyata di era gambaran Avatar dan Naruto ini, poster pahlawan-pahlawan masih dijual. mudah-mudahan saja ga di jadikan anak-anak untuk maen tepokan.hehe.
setelah diseleksi, gambar W.R Supratman dan S.Parman lah yang paling mirip dengan gambar I Gusti Ngurah Rai, jadilah kedua gambar itu discan. Setelah gambar itu berubah digital, itulah bagian saya yang harus mendandankan biar mirip kaya I Gusti Ngurah Rai di uang. Mulai dari penyamaan tone warna biru, sampai pemberian garis-garis disekujur muka dengan Tools stamp.
Setelah jadi, pindahlah saya ke corel draw, untuk menyelesaikan layoutnya, saya menggunakan gradai biru ke putih sebagai warna latarnya, maksudya biar mirip kaya warna uangnya, lalu kami menyusun tata letak Copy dan gambarnya, hingga jadilah seperti ini.

tapi sayang lima puluh ribu sayang, karya kami ini batal lolos ke babak berikutnya, padahal saya sudah menaruh harap yang besar untuk sekedar bisa jadi finalis saja. "Surat Dari Ayah dijadikan judul untuk pengumuman lolos tidaknya karya yang ditulis oleh Djito Kasilo, surat berwujud elektronik itu sungguh membuat saya bergemetar beberapa menit saat membaca dan memahaminya. dan setelah dipahami, surat tersebut ternyata berisi semacam motivasi untuk para peserta yang belum beruntung di Pinasthika ini.

Oke lah, saya ga apa-apa, saya akan coba peruntungan lagi, toh saya ga nyesel udah ngikut, kalau ga, saya ga bakal punya karya untuk beberapa bulan ini, seengaknya liburan gw udah lumayang menghasilkan. Kan saya udah tahu kalau hidup ini sungguh terlalu…hehehe..

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© blogrr
Maira Gall