Im a magazine boy…
Hati saya selalu terenyuh setiap kali bisa menyelesaikan MALU. Rasanya ada satu harapan yang terbebas setiap kali gua bisa nerbitin majalah kecil ini.
Yah sepertinya kalian udah tahu bahwa MALU ialah majalah fotografi yang saya buat bersama Allan, kawan se atap kosan. Awal kami menerbitkan MALU ialah agar bisa mengekspose karya-karya fotografi sendiri, namun kami melihat bahwa kawan-kawan megiat fotografi juga butuh wadah, maka di edisi terbaru ini MALU sudah benar-benar menjadi majalah yang menampilkan beberapa karya fotografer muda.
Mudah-mudahan kalian tahu, dan jika kalian belum tahu berarti saya ingin kalian menjadi tahu, (menjadi temannya tempe,) bahwa untuk bisa menerbitkan majalah sendiri ialah salah satu harapan besar yang mulai saya kukuhkan sejak menginjak kuliah. Berawal dari ketertarikan dengan majalah-majalah indiependen, sejak SMA saya selalu mengumpulkan, hingga sekarang jumlahnya hampir memenuhi lemari. Saya sangat kagum dengan pemikiran, idealism, serta semangat para pembuatnya. Terasa benar ruh nya di dalam tiap eksemplar. Lalu pelan-pelan saya memelihara mimpi untuk bisa menjadi bekerja di suatu majalah lalu menerbitkan majalah sendiri.
Di Kampus ini bersyukur saya bisa langsung kenal dengan anak-anak yang memiliki ketertarikan yang sama. Di semester satu sempat kami mencoba membuat majalah, namanya Equal, haha. Tapi semangatnya masih angot-angotan jadi gagal terbit. Lalu saya bergabung dengan tim majalah FB, salah satu majalah internal kampus yang menyoroti kehidupan para kaum hawa. Karena kesibukan masing-masing anak majalah ini pun mendekati kata PUNAH.
Lalu awal tahun ini, saya mengajak allan, teman seperjuangan dalam mendalami fotografi, untuk menerbitkan booklet yang berisi foto-foto terbaik kita. Namun bagi saya, MALU bukan sekedar ruang pamer foto tetapi juga media dimana saya bebas mengekspresikan diri, menulis dengan gaya tulisan saya, dan memajang foto yang saya suka tanpa harus memikirkan orang-orang, toh majalah ini gratis, tidak ada paksaan untuk mengkonsumsi. Hasrat Menerbitkan MALU ini sebenernya tersulut karena perkenalan dengan beberapa anak IKJ yang sangat semangat untuk mengekspose karya mereka melalui media fotokopian. Kami, saya dan Allan, pun sepakat menamainya MALU, kependekan dari MemangTerlalu. Dan Memangterlalu itu kependekan dari allanmemangallan dan terlalurisky. Tapi kata MALU tidak melulu terpatok kepada nick name Saya dan Allan sih.. Baca edisi 0 MALU deh kalau mau tau..hehe.
Sampai saat ini MALU sudah terbit tiga kali dan semoga masih akan terus berkembang lagi, saya sadar MALU mungkin akan sampai pada titik tidak bisa terbit lagi karena tenggelam di keseharian, tapi sebelum itu terjadi, saya ingin menikmatinya sepuas-puasnya saya akan tumpahkan semua semangat dan ambisi yang sudah saya bangun sekian lama. Berkarya itu seperti proses hamil, seprematur apapun bayi mu ia harus tetap di lahirkan. Dan saya tidak akan menggugurkan MALU. Bertopang ambisi yang kuat saya akan terus merawatnya, hingga bisa terbit dan beranak pinak. Hehe
Saya jadi ingat, sewaktu ospek, ketika di beri tugas menuliskan Life plan, saya benar-benar menuliskan apa yang benar-benar saya daftar yang saya harus lakukan sebelum saya mati. Salah satunya ialah menerbitkan majalah sendiri. Cukup tak disangka ternyata harapan itu bisa terwujud sekarang, walau masih belum sebesar majalah-majalah lain, tapi saya sangat merasa bangga dengan diri sendiri ini. Ingin nangis rasanya setiap menyelesaikan edisinya, apalagi jika tahu banyak apresiasi positif dari para pembacanya.
Masih banyak daftar-daftar pencapaian-pencapaian hidup yang masih belum dicontreng dan semua itu lebih besar dari MALU. Saya yakin bahwa dengan ambisi semua itu bisa dan akan terwujud.
Kepada semua kawan, terutama allan, saya ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya ampe tumpah atas semua apresiasi yang terus nyemangatin.
Selanjutnya saya punya harapan baru lagi, kayanya sih masih lama bisa terwujudnya. Kalau proyek majalah baru ini bisa berhasil akan saya namakan ARARI. Haha. Kalau mau tau artinya tanya Ajeng aja.. hehehe..
memangterlalu.blogspot.com
Tidak ada komentar
Posting Komentar