30 September 2011

Berlama-lama di Kebayoran Lama

click to enlarge

21 September 2011

“Tunjukkan Lah Saya Jalan Yang Seru!”

Ini sangat sering terjadi. Saya kesasar di perjalanan. Tapi ada beberapa hal sih yang menyebabkan semua ini bisa terjadi. Pertama, karena memang saya ingin mencoba jalan baru. Kedua karena tidak sengaja. Yang sering terjadi adalah gabungan dari keduanya, saya memilih untuk mencoba jalan baru lalu tidak sengaja tersasar. haha. 

Sebelumnya, perlu dicatat juga kalau sebenarnya memori saya tentang rute ke tempat-tempat yang jarang saya kunjungi memang rada payah. Apalagi untuk menuju tempat-tempat di kawasan yang memiliki suasana yang nyaris sama di setiap jalannya. Daerah Menteng dan daerah Pasar Baru, Bandung, misalnya. Ditambah lagi kalau tempat yang saya tuju itu berada di jalan satu arah. Beuh. Hampir selalu pasti, saya butuh satu-dua kali untuk muter-muter. Menuju ke Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, contohnya. Walau saya sudah beberapa kali ke situ sejak SMA. Sampai sekarang saya nggak pernah menuju ke situ dengan jalan yang sama. Selalu beda-beda karena lupa.  haha… 

16 September 2011

Plat Nomor dan Kepedulian

Ada hal yang sedikit berbeda dengan perjalanan pergi-pulang kantor dua hari ini. Beberapa kali ada pengendara motor  yang menyapa saya. Kami tidak saling mengenal. Dia hanyalah orang yang sempat berada di belakang saya. Lalu, entah memang sengaja mengejar menghampiri saya atau memang dia jalan lebih cepat, pokoknya si pengendara motor itu menyapa saya. Dan siapa lah yang tidak senang kalau ada yang menyapa di jalan. 

Awalnya saya kaget, apalagi orang yang pertama menyapa saya cukup terburu-buru, dia menyapa dengan bahasa tangan, pun sambil nyalip saya. Jadi saya nggak ngerti maksud sapaan dia. Beberapa kilometer setelah sapaan pertama, ada satu lagi pengendara motor yang menghampiri saya. Kali ini dia lebih jelas, saya pun jadi tahu gerangan apa yang membuat orang tadi menyapa saya, yaitu plat nomor belakang motor saya sudah mau lepas dari tempatnya. Bautnya yang seharusnya ada dua tinggal satu. Jadilah ia seperti tubuh yang bergelantung di tebing dengan hanya satu tangan.

Tapi untungnya saya tahu kalau ternyata si baut yang satunya lagi itu cukup kencang, jadi saya anggap dia bisa mempertahankan plat motor itu. Ditambah rasa malas untuk mencarikan baut, saya pun membiarkan keadaan itu. Bahkan sampai dua hari. Dasar Rizki..

15 September 2011

PuiSkip

Bener-bener gatau mau ngapain.
Bener-bener udah seharian, dua harian bahkan.
Udah dijabarkan semua jadwal, tetep aja kelabakan.

“Mana dulu”,
“yang ini dulu saja, sepertinya menarik.”,
“oke.”
“mm, ga deh, yang ini aja dulu, sebentar kok.”

Lalu lupa, lupa yang berlarut-larut.
Berlarut-larut dalam lupa.

“Oh iya, tadi kan lagi itu”
“mmm oke, lanjut”
“Setel lagu ini dulu ah”

Lagu sendu, lagu rindu, lagu bingar, lagu liar, lagu riang, lagu hampa.


Lagu berlalu-lalu, lalu berlagu-lagu, hingga lupa waktu, hingga waktu berlalu.

Sedikit teriakan kecil, Sedikit termenung, sedikit bingung.

Pergi kecewa, kecewa lalu pergi, pergi berlalu, lari keluar pintu.

Padahal tadi lagi itu, tiba-tiba mau ini diitukan, yang begini mau dibegitukan, yang disini mau dikesanakan, diseperti inikan. Jadilah semua dikesampingkan.

Bener-bener ga tau mau ngapain.
Bener-bener udah seharian, dua harian bahkan.
Udah dijabarkan semua penyesalan, tetap aja GA TAU MAU NGAPAIN.

08 September 2011

Mengusut Dunia Absurd @Rindut

Perkenalkan, ini dia salah satu akun twitter favorit saya, @Rindut. Ah, untung saja kamu itu akun twitter bukan akun tansi atau akun punktur. Jadi saya semakin suka. Pokoknya ni yah, hampir tiap kali papasan sama @rindut di timeline, saya berhenti sejenak, trus menyempatkan diri untuk mampir ke halaman profilnya, membaca twit-twitnya dan kadang tanpa disangka saya sudah sampe ke halaman 17 (versi m..tweete.net). Haha.

   Saya yakin saya bukan lah satu-satunya orang yang suka ngakak tapi bingung mau ngakak gaya apa, ketika membaca twit-twit dari si kakak pemilik nama asli Rina Dwi Utami ini. Twit-twitnya kak @Rindut ini apa adanya banget, saya sedikit curiga kalau-kalau dia punya alat penghubung antara twitter dan suara hati.

Selain itu, membaca twit @rindut ini, kita akan merasa seperti sedang ngobrol hadap-hadapan, batas-batas antara dunia maya dan nyata jadi bias, dia seolah nyata di dunia maya. Apalagi di beberapa twit dia sering mengakhirinya dengan sebuah tanda keterangan misalnya, *matiin mic turun panggung, atau *joget di koridor. Membacanya, kita pasti membayangkan Rindut seolah hidup dan bergerak-gerak di dalam linimasa twitter itu. Pokoknya baca twitnya dia sekaligus kita diajak ber-theater of mind. Haha..

Dan walau pun followernya sudah segambreng, dia tetep aja lah begitu. Tetep menjadi apa adanya. Menceritakan keseharian dengan caranya sendiri dengan cara yang sederhana. Tapi liat hasilnya, banyak orang yang ikut menikmatinya.

Ah, betapa kita terlalu susah payah mencoba jadi istimewa padahal menjadi sederhana dan apa adanya itu lebih mengasyikkan. .

 Nah, beruntungnya, email saya dibales sama si kakak ini. Beberapa pertanyaan pun saya ajukan. Haha. Silahkan disimak..


© blogrr
Maira Gall