Sinar binar membangunkanku yang masih saja terlalu lugu.
Bukan air mata kok, hanya sekedar tetesan kata, maukah kau mendengarkannya?, kemudian kencangkan bahumu biar ku bersandar, buka bibirmu, biar kucium lembut.
bukan menyesal, hanya sekedar memperhitungkan lagi.
Bertumpu tangan pada dinding bumi, merendam setengah muka. dan aku tidak menangis, hanya sekedar tetesan kata.
Wahai kebisuan saksi, sekedar uluran tangan pasti kau punya.
Sekedar telinga pasti kau pun punya.
lalu aku akan berkata, pasrah dalam pangkuanmu, menutup mata.
teruslah bisu, tidak seperti keramaian yang sok tahu tentang ku.
Apa kalian akan membiarkanku hancur berantakan di bawah jembatan.
Lebih baik nyeri sekalian mati, daripada sedih tapi tak punya air mata.
Tapi sebelum mati berteman tanah, aku ingin berteriak namamu, bahkan bukan nama Tuhan, hingga buntu tenggorokanku.
Tidak ada komentar
Posting Komentar