24 Januari 2013

Hari ke-19: Pernikahan Indie dan Artsy ala Putri dan Fikrie




Kenal Putri Fitria? Ah, pasti kalian kenal. Kalau belum, sini saya kenalin. Dia adalah sohib yang pertama saya kenal pada medio 2011. Cewek penulis dan peneliti yang punya bakat besar menjadi seorang mandor. Hehehe…. Tapi ini dalam arti yang positif, lho. Putri andal banget motor penggerak, nggak Cuma bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi beberapa gerakan dan organisasi terutama yang erat kaitannya dengan seni, sesuai dengan ketertarikannya. Card to Post tercatat sebagai salah satunya. Kalau ada yang setuju kalau pergerakan Card to Post itu signifikan dan menawan, berarti kalian juga harus setuju kalau Putri Fitria lah yang punya andil besar di situ.  Pokoknya, Putri itu keren.

Lalu apa jadinya kalau cewek tangguh, bersahaja, intelek sekaligus kontemporer ini menikah? Keren dan menakjubkan pastinya. Bukti pertamanya adalah Putri yang sebelumnya sering bercerita kalau dirinya ogah terikat dalam institusi pernikahan ini merencanakan pernikahannya nggak lebih dari setengah tahun. Muammar Fikrie adalah pasangannya.  Nggak berbeda dengan gerakan –gerakan yang dimotorinya, pesta pernikahan Putri dan Fikrie sangatlah keren, otentik dan pastinya, kekinian. Hahaha…

Saya sampai bingung mau mulai bercerita dari mana. Pokoknya, pesta digelar pada 20 Januari 2013 di Rumah Seni Eloprogo yang terletak  di Magelang. Nggak jauh dari Candi Borobudur. Eloprogo memiliki lahan yang superluas dengan tata arsitektur yang artistik. Nah, pesta digelar di bagian belakang Eloprogo.  Sebuah ruang terbuka beralas hamparan rumput, beberapa pohon yang menjulang tinggi, bebatuan, ornamen-ornamen seni dan sungai besar yang berada jauh di bawah lahan lokasi pesta. Konon, sungai tersebut adalah sungai pertemuan Sungai Elo dan Sungai Progo. Filosofi pertemuan yang abadi itu juga dijadikan doa dalam pesta ini. 

Oh ya, perlu diketahui juga. Sebelumnya, 2 Desember 2012, Putri dan Fikrie sudah terlebih dulu melaksanakan akad nikahnya di Medan. Tempat orangtua Putri berada. Jadi, acara di Jogja ini sepertinya didedikasikan sebagai perayaannya bersama-sama teman-teman. 

Setibanya saya dan rombongan di sana tiga jam sebelum acara resmi dimulai, beberapa kerabat Putri terlihat sedang menyiapkan venue. Fikrie juga terlihat di situ, masih menggunakan pakaian casual. Menurut kabar, acara memang banyak melibatkan tangan teman-teman Putri dan Fikrie dalam persiapannya. Bahkan Fikrie dan Putrinya pun ikut turun langsung, begadang sampai malam. Menarik yah. Karena digarap secara independen, pasti mereka puas banget menyelenggarakannya. 

Mengenai jalannya upacara pesta, jangan coba samakan pesta ini dengan pesta nikahan kebanyakan. Putri dan Fikrie banyak menyederhanakan ritual-ritual pernikahan di Indonesia. Namun, menariknya, kita nggak dibuatnya terheran-heran dengan ketidakhadiran beberapa ornamen yang biasanya wajib ada. Kotak amplop, buku tamu dan pelaminan yang mewah, misalnya. 

Somehow, hal itu, membuat berkunjung tak terasa memberatkan. Pemikiran dan tuntutan semu para pengunjung terreduksi. Antre salaman dulu sebelum makan, mengisi uang di amplop lebih banyak jika membawa rekan yang banyak juga dan memakai batik? ah, kita bisa tetap menikmati pesta tanpa melakukannya. 

Yang paling menarik, pesta pernikahan ini sangat interaktif. Putri dan Fikrie sangat aktif berkeliaran menyapa para pengunjung dan tak jarang mengajak untuk berfoto bareng. Sebuah instalasi berupa bingkai-bingkai bolong serta backdrop putih menjadi opsi tempat berfotonya.  Jelas kebahagian Putri dan Fikrie di pesta pernikahannya jauh lebih maksimal dibanding para pengantin yang memilih untuk menjadi robot pelaminan yang hanya bergerak duduk, berdiri, salaman, senyum dan sesekali menyapa di sekitaran kursi pengantin. Iya juga yah, buat apa memilih ruang pesta yang luas kalau pengantinnya hanya menikmati area pelaminan, pikir saya.

Interaksi itu pun terasa dengan kehadiran sejumlah “fitur” artistik yang ada di lokasi. saat pertama masuk ke area, pengunjung dipersilakan untuk berpose di hadapan kamera polaroid untuk difoto. Ada juga sebuah karikatur Putri dan Fikrie pada kanvas besar yang bisa diwarnai oleh para pengunjung dengan cat air. Pastinya, seperangkat alat musik juga disediakan untuk dimainkan oleh grup musik Rock n Roll. 

Okeh, selamat sentosa untuk Putri Fitria dan Muammar Fikrie atas pernikahannya. Semoga bisa menjadi Putri Fikria dan Muammar Putri yang saling melengkapi. Seperti kucing peliharaan dan rumah, seperti kartu pos dan prangko.. :D






















2 komentar

TANTRI SWASTIKA mengatakan...

selamat menempuh hidup baru mbak Fitria :) teman card to post yang ternyata juga satu alamameter dengan saya hehehe =)

Yanti Ismail mengatakan...

Barakallah ya adinda tersayang........maaf atas ketidakhadiranku...
You are still you were i ever know....
luv u always...

Posting Komentar

© blogrr
Maira Gall