Far magazine edisi 15, Oktober 2011 |
Alat Transportasi sepanjang masa. Sepertinya istilah itu cocok diberikan kepada kereta api. Bagaimana tidak, kereta api bukan saja memobilasi manusia dan barang, tetapi juga membawa peradabadan bangsa. Begitu banyak sejarah dan kenangan yang tersimpan di setiap lajunya. Awalnya, kereta api menjadi alat transportasi yang utama masyarakat Indonesia, namun kini, lajunya pelan. Dibanding transportasi darat lainnya, kereta api dianaktirikan.
Dari penjajah untuk penjajah.
Penemuan kereta api terjadi di awal tahun 1815, di Inggris. Penemuan mesin uap oleh James Watt lah yang mendasari terciptanya kereta api ini. 30 tahun setelah itu, barulah kereta api masuk ke Indonesia. Pembangunan kereta api di Indonesia adalah cikal bakal pemerintah Hindia Belanda. Adalah Kolonel Jhr. Van Der Wijk, orang pertama yang mengusulkan gagasan ini di tahun 15 Agustus 1840. Tentu saja, motif awalnya adalah untuk kepentingan penjajahan. Saat itu Belanda menerapkan sistem tanam paksa (cultuurstelsel), sehingga hasil bumi semakin meningkat. Kereta akan menjadi solusi bagi Belanda untuk mengangkut hasil bumi tersebut ke pelabuhan untuk kemudian di ekspor ke Eropa. Selain itu, kereta api membawa keuntungan di bidang pertahanan.
Setelah melalui berbagai perundingan dan perdebatan dalam penentuan jalur yang harus dilalui akhirnya di tahun 1862 pemerintah Belanda memberikan konsesi kepada Nederlandsh-Indische Spoorweg- Mattashcapij (NISM). Dari situlah ditetapkan bahwa titik awal pembangunan jalur dimulai dari Semarang. Pencangkulan pertama dilakukan pada 17 Juni 1864. Tiga tahun setelah itu, 10 Agustus 1867, jalur kereta api sepanjang 26 kilometer dari Semarang hingga Desa Tangoeng dibuka. Stasiun pertama yang kita miliki adalah stasiun Semarang, berlokasi di Tambaksati (Kemijen). Namun di tahun 1914, stasiun ini kemudian di hancurkan dan diganti dengan stasiun Tawang yang hingga kini masih ada.
Jalur kereta pun terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Kendali tidak lagi dipegang oleh NISM. Muncul sejumlah perusahaan yang ikut berinvestasi, salah satunya adalah Staat Spoorwagen (SS). Pembangunan pun semakin pesat. Jika di tahun 1870 panjang rel yang kita miliki hanya 110 kilometer, maka di tahun 1900 meningkat drastis menjadi 3338 kilometer. Suatu perkembangan yang mencengangkan. Tak hanya di Jawa, kereta api pun mulai dibangun di kota-kota lain, terutama yang memiliki potensi bumi yang melimpah, seperti Sawah Lunto dan Ombilin, Sumatera Barat sebagai penghasil batu bara, Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sulawesi (1922) dan berbagai propinsi lainnya.
Walau pun di kemudian hari, keberadaan sepur (sebutan kereta api di masa penjajahan) ini membawa keuntungan untuk pribumi namun perlu menjadi catatan juga bahwa kemajuan pembangunan kereta api ini tidak lepas dari derita yang dialami bangsa kita. Sistem tanam paksa dan kerja rodi menjadi ‘bahan bakar’ kompeni untuk pembangunan ini. Sejumlah nyawa menjadi korban kerasnya sistem kerja yang diberlakukan saat itu.
Selain kereta api, di Indonesia juga sempat ada trem, lho. Bentuknya nyaris sama seperti kereta api, bedanya trem diletakkan di jalan raya bersamaan dengan lalu lintas darat lainnya. Trem di bangun di kota-kota besar seperti Batavia, Semarang, Aceh, dan Surabaya. Di Batavia sendiri keberadaan trem ada sejak tahun 1899. Jalur yang pernah beroperasi antara lain: Jatinegara – Ancol, dan Kemayoran – Tanah Abang. Bisa dibilang trem ini adalah Transjakartanya jaman dulu. Sayang, karena dianggap sudah tidak cocok lagi, di tahun 60an pemerintah menon-aktifkan trem ini.
Kereta Api di Era Kebangkitan Nasional
Sejak awal keberadaannya, perkereta-apian Indonesia terus dipegang oleh para penjajah. Entah itu Belanda maupun Jepang. Baru setelah kemerdekaan diproklamirkan, karyawan kereta api yang tergabung dalam “Angkatan Moeda Kereta Api” (AMKA) melalukan perebutan kekuasaan kereta api dari tangan Jepang. Hasilnya, 28 September 1945 kita berhasil memenangkan kekuasaan. Tanggal tersebut sekaligus ditetapkan sebagai Hari Kereta Api Indonesia serta hari terbentuknya Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI).
Titik awal kereta api di tangan Indonesia pun dimulai. Serangkaian pembangunan serta perubahan akhirnya dilakukan lagi. Hingga tahun 1950, panjang rel di Indonesia mencapai angka 5910 KM. Nggak cuma itu, untuk mempermudah proses perakitan dan perawatan, di tahun 1981 Indonesia pun mendirikan pabrik kereta apinya sendiri, PT Industri Kereta Api Indonesia (PT Inka) yang ditempatkan di kota Madiun. Nama DKARI juga beberapa kali mengalami perubahan. Dari mulai Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) hingga pada 1 Juni 1999 PT Kereta Api Indonesia (KAI) menjadi nama yang dipakai hingga sekarang.
Kereta api kini
Animo masyarakat terhadap kereta api sebenarnya cukup besar, jika dibandingkan dengan alat transportasi darat lain, kereta memiliki sejumlah keuntungan. Biayanya lebih murah, lebih cepat, dan dapat melaju tanpa hambatan. Terbukti, kereta api, baik antar-kota maupun dalam kota, selalu dipenuhi penumpang.
Di era serba canggih ini membuat teknologi kereta api di Indonesia naik kelas secara perlahan. Kereta-kereta yang sudah uzur digantikan. Kereta api yang kita gunakan sekarang adalah kereta api diesel, beberapa tipe yang digunakan adalah CC 201, CC 203, dan CC 204. Untuk kereta penumpang kita memiliki tiga jenis: Argo Eksutif, Bisnis Eksekutif dan Ekonomi.
Jika pada awal keberadaannya Kereta api menjadi pilihan utama dalam bertransportasi, kini kereta harus berbagi ruang dengan kendaraan-kendaraan darat lainnya. Terutama kendaraan pribadi yang kian membuat jalanan menjadi padat. Kita pasti masih ingat dengan berita pemberhentian kereta Parahyangan, kereta jurusan Bandung-Jakarta di 2010 kemarin karena kehilangan penumpang. Walau pun akhirnya ada penggantinya, namun peristiwa ini menjadi bukti bahwa kereta api mulai kalah dengan transportasi darat lainnya.
Keberadaan kereta listrik (commuter) wilayah Jabodetabek memang membawa angin segar bagi lalu lintas ibukota, apalagi 2008 kemarin PT KAI Commuter Jabodetabek dibentuk sebagai perusahaan yang fokus mengurur KRL ini. Namun, tetap saja perlakuan pemerintah terhadap perkereta-apian belum maksimal. Keamanan, permasalahan teknis, keterlambatan, permasalahan tiket, menjadi keluhan umum para pengguna kereta. “Gak enaknya naik kereta api itu kalo udah datang telat, terus mogok atau gangguan sinyal, ac mati, jendela gak bisa dibuka” Ungkap Hulaesuddin, salah satu pelanggan KRL sejak tahun 2005 ini.
“Pemerintah masih menganak-tirikan kereta api,” Ungkap Aditya, anggota Indonesian Railways Preservation Society (IRPS). Apa yang dikatakan Aditya benar adanya, pemerintah sangat memanjakan kendaraan darat milik pribadi. Pembangunan jalan tol dan jalan layang terus menerus dilakukan. “Pembangunan jalan raya malah akan membuat Jakarta semakin macet. Semakin banyak jalan raya, semakin banyak mobil. Banyak kepentingan yang bermain di situ. Jadi lebih diutamakan. ” tambah Aditya lagi. Tak hanya itu, subsidi bahan bakar kendaraan pun belum juga dilepas. Padahal jika subsidi dan biaya pembangunan tersebut dialihkan untuk penambahan jalur kereta api dalam kota serta peningkatan pelayanannya maka kemacetan lalu lintas pun dapat teratasi.
Dalam hal ini, Aditya berharap agar Indonesia bisa mencontoh Jepang. “Dulu perkereta apian Indonesia sempat lebih maju dari pada Jepang. Tapi tidak sekarang. Seharusnya Indonesia bisa seperti Jepang. Hampir setiap kota terhubung dengan kereta”
Menambahkan Adit, Gurnito, masih dari IRPS, juga berpendapat bahwa perlu adanya penyesuaian rel kereta api “Kini, kereta kita sebenarnya udah cukup baik, tapi sayang, rel keretanya tidak memadai, jadi kereta pun tidak bisa melaju dengan maksimal” Ungkapnya.
Bagaimana pun kondisi perkereta apian kita saat ini. Kereta tapi tetap menjadi alat transportasi yang berharga bagi kita. Sejumlah cerita dan kenangan ikut melaju di tiap perjalanannya dari dulu hingga kini. Kenangan berkereta api begitu kental dalam benak kita. Diantara alat transportasi lain, lagu bertemakan kereta api lebih banyak dan lebih popular. Lagu Stasiun Balapan dan lagu Naik Kereta Api misalnya. Orang Indonesia mana yang tidak hapal dengan lagu tersebut. Untuk itu, mari kita jaga dan lestarikan perkereta apian Indonesia agar bisa terus melaju menembus zaman.
….Ayo temanku lekas naik
Keretaku tak berhenti lama
Tidak ada komentar
Posting Komentar