05 Januari 2010
NORA.
Akhirnya rasa penasaran saya dengan Novel ini terpenuhi. Setelah berbulan-bulan nunda untuk membeli, akhirnya saya beli juga, kebetulan Gramedia lagi discount 30%, kebetulan juga bukunya dibeliin sama Ortu.
First Impression buku itu di hati saya ialah covernya itu, gambar seorang perempuan yang dibalut dengan warna-warna pop sehingga berkesan simple. Apalagi ternyata penerbitnya ialah Kompas, dijamin buku ini bagus.
NORA, begitulah judulnya. Ini adalah perkenalan pertama saya dengan novel Putu Wijaya, yang ternyata dia seorang seniman besar. Sudah banyak menyutradarai film, menulis buku dan cerpen juga menggeluti drama. NORA merupakan buku pertama dari tetralogi dangdutnya. Menceritakan tentang kehidupan sepasang suami istri yang memiliki kehidupan yang sungguh tidak tertebak. Awalnya sih saya mengira Nora ialah tokoh utama sesuai judulnya, tapi setelah dibaca, porsi cerita tokoh Mala, suami Nora, lebih banyak.
Nora ialah seorang gadis kampong nan lugu yang tinggal persis disebelah tempat Mala mengontrak. Mala ialah seorang pimpinan redaksi suatu majalah berita terkemuka. Mala ialah seorang pemuda yang berilmu tinggi, logika berpikirnya berjalan seperti air mengalir, ia selalu membela kebenaran dan mencari keadilan, ia bermimpi untuk bisa menjadi Pemimpin dunia.
Tanpa penyebab yang jelas Orangtua Nora meminta Mala untuk menikahi Nora, dengan mengaku bahwa Nora telah dihamili, padahal jelas-jelas Mala dan Nora hampir tidak pernah berinteraksi. Singkat kata pernikahan controversial itupun jadi juga.
Keabsurdan cerita terus berlanjut, Mala seolah menjadi penopang penuh keluarga Nora, keluarga besar lebih tepatnya, Mala merasa diperdaya oleh keluarga Nora. Nora dijadikan boneka juga sebagai umpan. Suatu ketika, Nora disuruh kawin lagi dengan orang lain, dengan alasan untuk mendapat uang. namun Mala mengiyakan, Mala mencoba masa bodo dengan kelakuan keluarga Nora. Walau begitu, diam-diam Mala menyimpan cinta yang besar kepada Nora.
Diluar masalah dengan Nora, Malu terjebak dengan suatu bisnis dan konspirasi politik yang ia tidak ketahui. Seorang professor ingin Mala mencarikan penerbit untuk bukunya yang controversial. Proyek dengan dana 400 milyar itu ternyata menyeret Mala kepada permasalahan yang sangat rumit. Hingga akhirnya uang tersebut menghilang entah kemana, lalu Mala dituduh sebagai penyebabnya. Dalang-dalang proyek tersebut masih sembunyi tangan, juga ketika Midori, seorang kawan Mala yang melibatkan Mala di proyek itu, mati dimutilasi.
Gaya cerita dan alur novel ini sangat memacu jiwa, sayang rasanya kalau menunda membaca. Satu demi satu konflik dan keabsurdan muncul, dan teater dalam pikiranpun terus berputar menerka-nerka setting adegan-adegannya. Saya suka cara penulis menjabarkan pikiran-pikiran ataupun jalan logika dari tokoh Mala. Saya suka dengan sifat Nora yang sungguh tidak dan terlalu lugu tertebak itu, selalu melakukan hal-hal yang diluar dugaan. Kecantikannya yang tersembunyi itu terkadang membuat banyak mata tergoda, sesekali juga timbul pikiran bahwa ia adalah wanita jalanan alias lonte. Mungkin itu alasan mengapa pernikahannya dengan Mala tidak banyak diketahui oleh teman-teman Mala.
Akhri cerita yang rada menggantung membuat saya harus cepat-cepat baca buku keduanya, kalau tidak salah sih judulnya MALA…
Salut untuk penulis…
Tidak ada komentar
Posting Komentar