21 Juni 2014

#Pencermat: Media Baru adalah Media Personal

Ada banyak definisi, pemahaman serta konsep tentang media baru yang ditawarkan buku dan para ahli media massa. Tapi penjelasan Paul Saffo, si futurist bidang teknologi yang bermarkas di Sillicon Valley, menurut saya yang paling asik. Saya menemukan pembahasan Paul Saffo ini di buku Designing Media  yang ditulis oleh Bill Morridge. Bill mewawancara Paul Saffo lalu memuat hasilnya di bab Here to Stay: tentang media yang bertahan dalam format lama. 

Pertama, Paul bercerita tentang bentuk media yang old-fashion. Sebagai seorang yang memilih menggunakan buku catatan ketimbang iPad untuk menulis temuan serta pemikirannya, Paul berpendapat bahwa notebook  itu lebih mudah di buka, dan langsung menuliskan catatan ketimbang dengan di iPad. Selain lebih fleksibel, ia bisa dengan mudah menggabungkan catatan dalam bentuk gambar atau teks atau malah menempelkan gambar. 

Pengurangan penggunaan kertas, kata Paul, sama persis kejadiannya seperti saat kita tak lagi menggunakan kuda. Semenjak perkembangan mesin, terutama dalam transportasi, kuda tak lagi banyak digunakan masyarakat untuk berpindah tempat. Namun, kuda sampai sekarang tidak punah dan dikesampingkan begitu saja. Begitu pula dengan media lama. Ia hanya akan mengalami perubahan fungsi dan cara penggunaannya. 


Kita sudah melewati jaman media massanya McLuhan selama lebih dari setengah abad dan sekarang dunia ini sedang mengalami revolusi bentuk media yang berbeda dari sebelumnya. Bedanya, pada media lama, seperti televisi, kita hanya bisa menyimak, tidak bisa berpartisipasi. Dengan begitu, bentuk partisipasi kita adalah mengonsumsi. Kita menonton tivi beserta iklannya lalu kita keluar rumah dan membeli produk yang kita lihat iklannya di TV. Sebenarnya kita bisa juga mengirimkan surat pembaca atau ikut beropini di program jajak pendapat tivi. Tapi, biasanya itu penuh filter dari editornya. 

Sementara di era personal media ini, merespon dan berinteraksi justru bukanlah pilihan, tetapi kewajiban. Contohnya saja, untuk menggunakan Google, kita bukan mesti menyimak Google begitu saja, kita harus aktif menggerakkan Google, dengan mengisi kolom pencarian dan memilih tautan mana yang ingin kita baca. 

Kita juga pasti tau apa perbedaan Wikipedia dan buku Encyclopedia. Buku Encyclopedia ditulis oleh sekelompok tim penulis tertentu yang pasti sangat berpengetahuan, semenentara personal media seperti Wikipedia semua orang bisa terlibat dalam penulisan. Ketika kita menemukan informasi dan data baru tentang suatu hal yang sudah dituliskan sebelumnya di Wikipedia, kita bisa mengusulkan penambahan data. Kita juga bisa turut mengoreksi kesalahan penulisan, jika ada. Dan ya, aksi perseorangan itu bisa dikonsumsi siapa pun di dunia. 

 Dari uraian Paul Saffo itu bisa dirangkum bahwa media baru ada dan digerakkan karena adanya interaksi, dan rumus interaksi dalam media baru adalah semakin kecil aksi yang diminta, semakin menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi. Dan seperti yang kita tahu partisipasi di dunia maya memang kebanyakan sangat kecil syaratnya: Twitter hanya meminta kita untuk bercecuit tak lebih dari 140 karakter, kita sudah bisa mendukung gerakan kemanusian di halaman Facebook hanya dengan memencet tombol ‘Like’ dan kita bisa membantu meningkatkan popularitas sebuah brand hanya dengan mengklik iklannya. 

Singkatnya, menurut Paul, ada tiga karakteristik pembeda antara media massa dan media personal. Pertama, interaktivitas. Di media massa, kita hanya menyaksikan, sementara di media personal, kita berpartisipasi. Kedua, lokasi. Media massa penempatannya terbatas. Personal media bisa kita genggam kemanapun kita pergi. Dan ketiga, dominasi pelaku. Media massa adalah dominasinya sekelompok kecil yang mempunyai jaringan luas (dan modal banyak), sementara media personal adalah dominasi orang banyak yang berkekuatan (modal) kecil. 

......



Sedikit cerita tentang #Pencermat. Ini adalah program yang digagas demi mengembalikan semangat menulis di blog lagi. Karena berbagai alasan super klise imbas keseharian, saya, LodraAndraTito dan Dimas punya keresahan yang sama: kami jadi jarang nulis dan merasa butuh kembali rutin menulis. Alasannya beragam: biar nggak tumpul, agar bisa 'hidup', memenuhi hasrat berbagi dan tentunya, mengalahkan rasa malas.

Satu kali dalam seminggu, kami berkomitmen untuk menulis dan mempublish-nya di blog masing-masing. Jika ada yang telat atau absen menulis, maka ia wajib mentraktir kami makan. Hehe. Karena kami memilih Jumat sebagai hari terbitnya tulisan, maka program ini pun kami beri nama Pencermat, yang merupakan kependekan dari pencerita Jumat.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© blogrr
Maira Gall