16 September 2018

Bahagia Adalah

Di depan Rima, mamahnya, dan Ayahnya, ada gue yang berdiri, megang mic sambil menenteng rangkaian bunga :)

Setiap pacar pasti pernah ngegombalin pasangannya, tapi pernahkah kamu ngegombal di depan keluarga besar? Gue baru saja melakukannya. Tepatnya seminggu lalu, 8 September 2018.

Di hadapan keluarga besar gue, di saksikan juga keluarga besar Rima, gue mengutarakan kalimat-kalimat lamaran saya untuk Rima tanpa diwakili.

Tentu gue menulis lebih dulu apa yang gue mau ucapkan. Gue sudah rancang dari jauh-jauh hari. Gue ketik di hape dan gue baca berulang kali kalau lagi di perjalanan motor.

Gue cukup sering menulis surat untuk Rima. Jadinya, kalimat lamaran gue itu pun gue bikin dengan gaya surat gue ke Rima biasanya.
Di situlah salahnya, ternyata. Haha. Kalimat lamaran gue jadi ekspresif dan personal. Gue cerita awal mula pertemuan gue dengan Rima, lalu cerita kenapa gue mau sama Rima, dan hal-hal yang gue kagumi dari Rima, lalu menutupnya dengan mengutarakan kemantapan hati gue untuk melamar Rima.

Sederhana sebenernya, kan? Tapi kayaknya nggak bagi para hadirin. Haha.

"Lebay banget, sih. Itu lamaran apa curhat," kata si Om yang memang jadi wakil keluarga Rima untuk menanggapi lamaran gue.

Agak keki juga mendengar responnya. Tapi tak apa. Si Om nggak tahu aja, sih, kemantapan menikah itu emang selalu membuncah-buncah. Sayang kalau cuma dirangkum pake satu-dua kalimat yang klise. Heu.


Oke, gue mau menutup cerita ini dengan kalimat penutup yang gue ucapin saat ngelamar Rima. Gini bunyinya, jangan muntah-muntah dulu yah. Haha

'Di hidup ini, ada dua hal yang cuma bisa dilakuin sekali. Lahir, sama mati. Rizki mau nambah satu lagi di antara keduanya itu, nih, om dan tante, yaitu nikah dan itu sama Rima."


:3

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© blogrr
Maira Gall