Namaku Yunita, hari ini bekerja shift sore menuju malam. Tak ada yang harus kukerjakan hingga akhirnya pria itu datang. Pria yang kemudian bikin aku pengin membelek dadanya, mencuri hatinya
Pria itu datang diantar polisi dan beberapa pria lain yang mulutnya tak pernah sepi membahas kaitan antara azan magrib, motor, tukang bakso, persimpangan, jalan berlubang, dan kucing nyebrang
Dari cerita polisi, aku tahu kalau pria ini adalah petugas pos. Dari seorang pria yang ikut mengantar, aku tahu kalau pria ini adalah si baik hati dan pekerja ulet. Pernah suatu kali ada berkas tertinggal di tempat fotokopi miliknya, si pria ini mengantarkan, betapapun ia sudah memberi tahu kalau dokumen itu tidak penting.
Tak lama kemudian, datang seorang wanita. Ku dengar ia mencari-cari si pria ini. “Saya istrinya… Saya istrinya,” nada bicaranya resah penuh kebingungan
Sial, dia sudah beristri, pikirku
Lalu istrinya masuk ke ruangan kerjaku. Mengajak bicara suaminya, “Pak, besok si Eneng bagi rapot. Bapak, janji, lho, mau ngajak dia ke toko buku bekas depan sekolah kalau dapet rengking.” Suaminya tak menjawab satu kata pun. Orang-orang pun memanggil-manggil si istri untuk keluar ruangan
Akhirnya tinggallah aku dan si pria di ruangan
Saat itulah aku benar-benar bisa menatapi wajahnya. Pria ini tak tampan, tapi mukanya menyimpan banyak cerita bahagia. Kubuka matanya, duh, ini mata yang banyak melihat senyum, aku percaya
Saat aku ingin membuka kemejanya. Kutemui selembar kartu pos di sakunya, lusuh dan robek di tepi-tepinya. Isi pesannya semanis surat cinta sepasang kekasih yang baru sebulan pacaran. Setelah “salam rindu selalu” kulihat ada nama Yusuf, tertoreh di samping coretan yang menutupi nama di bawahnya. Nama yang sama seperti yang tertulis di atas saku kemejanya
Namaku Yunita. Dokter forensik yang hari ini bekerja shift sore menjelang malam. Aku jatuh cinta pada Yusuf, petugas pos yang tadi kuperiksa mayatnya. Ah, ya, nama kami serasi, Yusuf- Yunita
Yusuf sudah beristri, tapi tak apa, karena hanya aku yang bisa benar-benar mencuri hatinya. Jangan bilang siapa-siapa
Pria itu datang diantar polisi dan beberapa pria lain yang mulutnya tak pernah sepi membahas kaitan antara azan magrib, motor, tukang bakso, persimpangan, jalan berlubang, dan kucing nyebrang
Dari cerita polisi, aku tahu kalau pria ini adalah petugas pos. Dari seorang pria yang ikut mengantar, aku tahu kalau pria ini adalah si baik hati dan pekerja ulet. Pernah suatu kali ada berkas tertinggal di tempat fotokopi miliknya, si pria ini mengantarkan, betapapun ia sudah memberi tahu kalau dokumen itu tidak penting.
Tak lama kemudian, datang seorang wanita. Ku dengar ia mencari-cari si pria ini. “Saya istrinya… Saya istrinya,” nada bicaranya resah penuh kebingungan
Sial, dia sudah beristri, pikirku
Lalu istrinya masuk ke ruangan kerjaku. Mengajak bicara suaminya, “Pak, besok si Eneng bagi rapot. Bapak, janji, lho, mau ngajak dia ke toko buku bekas depan sekolah kalau dapet rengking.” Suaminya tak menjawab satu kata pun. Orang-orang pun memanggil-manggil si istri untuk keluar ruangan
Akhirnya tinggallah aku dan si pria di ruangan
Saat itulah aku benar-benar bisa menatapi wajahnya. Pria ini tak tampan, tapi mukanya menyimpan banyak cerita bahagia. Kubuka matanya, duh, ini mata yang banyak melihat senyum, aku percaya
Saat aku ingin membuka kemejanya. Kutemui selembar kartu pos di sakunya, lusuh dan robek di tepi-tepinya. Isi pesannya semanis surat cinta sepasang kekasih yang baru sebulan pacaran. Setelah “salam rindu selalu” kulihat ada nama Yusuf, tertoreh di samping coretan yang menutupi nama di bawahnya. Nama yang sama seperti yang tertulis di atas saku kemejanya
Namaku Yunita. Dokter forensik yang hari ini bekerja shift sore menjelang malam. Aku jatuh cinta pada Yusuf, petugas pos yang tadi kuperiksa mayatnya. Ah, ya, nama kami serasi, Yusuf- Yunita
Yusuf sudah beristri, tapi tak apa, karena hanya aku yang bisa benar-benar mencuri hatinya. Jangan bilang siapa-siapa
Tidak ada komentar
Posting Komentar