01 Agustus 2014

#Pencermat Ikut Mamah Ke Pasar



Satu hari sebelum lebaran, saya ikut si Mamah ke pasar Ciledug. Lokasinya ada di lantai underground Mal Borobudur. Ya, si Mamah belanja untuk keperluan masak hidangan lebaran. Beruntunglah saya yang punya ibu doyan masak. 

Sudah lama sekali saya nggak berkunjung ke pasar tradisional, bisa jadi sih karena Papah jadi lebih sering mengantar Mamah ke Pasar. Kalau dirasa-rasa, keinginan 'main' ke pasar muncul setelah beberapa hari sebelumnya, Fertina bercerita kalau dia belanja ke pasar dan menemukan barang yang dia butuhkan banget dengan harga murah. Menanggapi cerita Fertina itu saya bilang, "Di pasar itu memang suka banyak yang ajaib. Dulu kan aku juga sering ikut mama ke pasar." Maksud saya dengan dulu adalah ketika masa-masa kuliah, ketika saya lagi gandrung-gandrungnya dengan fotografi. Terus, yang saya maksud dengan keajaiban pasar adalah karena bagi saya, pasar itu wahana berlimpah manusia yang beragam yang siap menyuguhkan momen seru nan ajaib. 

Alasan kedua saya ingin ke pasar dan motret di sana adala ya ingin ikut merayakan lebaran dan merasakan gegap gempita euforianya. Pasar itu penting bagi lebaran. Dari pasarlah hidangan khas yang jadi ikon perayaan lebaran itu dimulai. Semua orang yang ada di pasar sehari sebelum lebaran itu punya asa yang sama: menghidupkan lebaran. 

Memotret di pasar itu juga seru prosesnya, karena memotret bukanlah kegiatan yang lazim dilakukan di pasar. Beberapa orang akan terlihat heran dan cenderung jadi menghindar ketika tahu ada kamera. Tapi karena saya motretnya sambil bantu nenteng kresek belanjaan dan tetep sambil ngintil mamah yang berpindah dari satu lapak ke lapak lainnya, jadi (mungkin) orang-orang tak merasa insecure. 


Salah satu lapak paling ramai yang saya temukan. Menjual berbagai bumbu masakan Padang. Agaknya, hidangan lebaran itu seirama dengan masakan padang yang riuh dengan bumbu kental dan gurih.


Pasar adalah wilayahnya perempuan? ya setidaknya begitulah yang rasakan ketika melihat si bapak ini. Dia cuma bisa bengong ngegendong anaknya nungguin si istri belanja. 


Dua penjaja di gang lapak daging sedang bersantai sementara pedagang lainnya sibuk mengurusi daging. Bromance


Lebaran adalah harinya kita memaklumi lemak daging, kolesterol dan manis-manis. Hihiy


Baru tau kalau untuk bikin opor cuma butuh bumbu sekecil-kecil ini. Bener nggak sih? kayaknya salah. 


Salah satu fenomena setelah motor merajalela: banyak orang yang entah karena buru-buru atau malas, ogah lepas helm walaupun dia udah nggak di motor.


aduk-aduk kolang-kaling. Bukan kolang-kaling bambunya Doraemon yah. 


Mencatat apa-apa yang perlu dibelanjakan itu memang perlu sih. Jadi pas di pasar tuh fokus. Nggak kayak si mamah yang ngider-ngider mulu. Karena saat di pasar masih sedikit bingung mau beli apa, jadi apa pun yang dikiranya perlu dibeli ya dimampirin deh. Jadi banyak belanjaannya. 


---
Sedikit cerita tentang #Pencermat. Ini adalah program yang digagas demi mengembalikan semangat menulis di blog lagi. Karena berbagai alasan super klise imbas keseharian, saya, LodraAndraTito dan Dimas punya keresahan yang sama: kami jadi jarang nulis dan merasa butuh kembali rutin menulis. Alasannya beragam: biar nggak tumpul, agar bisa 'hidup', memenuhi hasrat berbagi dan tentunya, mengalahkan rasa malas.

Satu kali dalam seminggu, kami berkomitmen untuk menulis dan memublisnya di blog masing-masing. Jika ada yang telat atau absen menulis, maka ia wajib mentraktir kami makan. Hehe. Karena kami memilih Jumat sebagai hari terbitnya tulisan, maka program ini pun kami beri nama Pencermat, yang merupakan kependekan dari pencerita Jumat.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© blogrr
Maira Gall