02 Januari 2012

Ketika Kiamat Menjadi Hal Yang Menyenangkan!

Ada dua hal yang menjadi ritual kita, masyarakat urban, di akhir Desember tiap tahunnya: mengulas kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan selama setahun ke belakang  dan mempersiapkan diri dengan sejumlah rencana untuk menghadapi pergantian angka tahun. Nah, dalam mempersiapkan diri untuk tahun 2012, ramalan suku maya yang menyatakan datangnya kiamat sedikit banyak mempengaruhi persepsi dan sikap kita tentang tahun ini. Jika pada awal beredarnya – medio 2009 – isu ramalan datangnya kiamat terdengar sebagai hal yang menyeramkan, kini isu terdengar hanya sebagai sesuatu yang popular, terlebih lagi ketika kita melihat karya-karya ilustrasi komunitas Gambar Selaw (Galaw) dalam pameran Apocalypse 2012 Mixtape, seketika kiamat menjadi hal yang menyenangkan. Haha..  

Pameran yang diadakan pada  29 Desember 2011 – 11 Januari 2011  di Ruangrupa Shop, Tebet, Jakarta ini menampilkan sejumlah karya drawing  (gambar tangan) yang merespon isu datangnya kiamat di tahun 2012. Alih-alih menjadi takut, pemirsanya malah dibuat tertawa terpinggal-pinggal dengan guyonan khas anak muda urban yang diterapkan pada sejumlah karya. Sulaiman Said misalnya, menampilkan gambar seseorang memakai peci, celana digulung dan berbaju koko sedang memegang bendera NU (Nahdatul Ulama), sementara disebelahnya terlihat tangan yang terkapar melepaskan bendera bertuliskan M. Di atas kedua orang itu ada tulisan “Kalo Kiamat yang Muhamadiyah Mati Sehari Lebih Cepet Dari yang N.U”. Haha. Kita pasti sudah sama-sama paham maksud dari humor ini.



Kalian pasti ingat, beberapa tahun lalu sempat nge-hip majalah religi Hidayah yang kerap menampilkan cerita-cerita azab dan kutukan untuk orang-orang yang melakukan dosa besar. Nah, ingatan itu kembali dihadirkan dalam pameran ini oleh  Syaiful Ardianto. Ia menimpa gambar cover majalah tersebut dengan kalimat-kalimat yang nyeleneh. Membubuhi muka pelayat jenazah yang kena azab “Kutu Keluar” dengan kaca mata, lalu menambahkan awan bicara yang berisi “Oh gitu”. Ucapan yang sederhana dan bernuansa santai. Melihat itu, tingkat ketegangan yang biasanya datang saat melihat gambaran azab macam itu pun rontok seketika.

Tulisan-tulisan lainnya yang mengelelingi gambar pun sekaligus menjadi kritik terhadap fenomena ini. Betapa pun terpaan cerita azab pada saat itu sangat besar tetapi anggur merah dan media sarang dosa lainnya makin digemari. Terbukti, bahwa masyarakat hanya pura-pura takut alias takut sesaat saja saat melihat cerita azab ini.



Semua karya yang ditampilkan pada pameran ini memang berupa karya drawing, namun teks nyaris selalu dibubuhi di setiap karya. Teks menjadi media ekspresi yang lugas dan eksplisit bagi para seniman-seniman muda ini.  Namun, ada juga karya yang memposisikan teks sebagai sajian utamanya, seperti karya Johan Ardhika yang menampilkan kalimat mutiara berbumbu cinta. “Aku tak percaya akan datangnya hari kiamat, tapi aku percaya akan datangnya hari dimana engkau menjadi milikku,” sebuah kalimat yang mengandung optimisme dalam mengejar pencapaian sepertinya. Musibah sebesar kiamat sekalipun tidak menggugurkan semangatnya untuk mendapatkan si ‘engkau’ ini.

Bicara soal dunia akhirat nggak bisa lepas dari topik surga dan neraka. Neraka ialah tempat yang kita imani sebagai tempat pertanggung jawaban dosa di dunia. Untuk mengembalikan kesucian diri, kita harus menempuh hukuman-hukuman super berat dan sadis di tempat berapi itu. Logikanya, hukuman neraka itu destrukstif dan tidak bisa dihindari, tidak ada yang bisa mengantisipasi. Namun, sekedar mengurangi derita dan menunda sedikit kemusnahan sepertinya bisa dilakukan. Botsky, mengusulkan empat benda yang bisa mewujudkan itu. Helm yang menurutnya dapat mengurangi resiko gegar otak saat jatuh ke neraka, Betadine untuk mengurangi nyeri luka bakar, Tangga untuk melakukan percobaan melarikan diri dari kolam neraka, dan kacamata hitam guna meredam cahaya api neraka yang menerpa mata.  Sungguh konyol.



Total 35 seniman muda yang berpartisipasi dalam pameran gelaran komunitas GALAW ini. Di antaranya adalah Anis Wuku, Ricky Malau, Tiffany, Thuke Wulandari, dan The Popo. Demi pameran ini Ruru Shop pun disulap menjadi ruang eksibisi yang minimalis. Nyaris tiap jengkal dinding dan rak yang tersedia dipenuhi oleh ungkapan-ungkapan manis dan benci, penggambaran tentang akhir dunia dan dunia akhirat, serta doa-doa syahdu para artisan.

Sesuai dengan tajuknya, dalam pameran ini pun dirilis sebuah mixtape (kompilasi lagu) yang diracik guna mengiringi persiapan menunggu kiamat, mungkin. Mixtape tersebut dijual seharga sepuluh ribu selama pameran digelar. Selain mixtape, postcard pun menjadi sajian yang dijajakan oleh para anggota yang rutin menggambar bersama tiap kamis malam di Ruru Shop. Pameran  Appocalypse 2012 Mixtape merupakan pameran ketiga yang dihelat komunitas yang berada di bawah payung RuruArtlab ini selama periode Oktober- Desember. Suatu prestasi yang mengagumkan.

Oh iya, saya punya sedikit tafsiran soal nama Gambar Selaw yang kemudian disingkat menjadi Galaw ini. Selaw merupakan perubahan bunyi dari kata Selow, kata serapan dari bahasa Inggris, Slow berarti santai atau pelan. Menurut cerita-cerita dari kawan yang tergabung, hampir semua anggota Galaw ialah mereka yang sudah bekerja. Nah, kegiatan menggambar santai ini bisa jadi wadah mereka untuk melupakan kegalauan imbas dari bekerja seharian. Sungguh keren, mereka mengubah perasaan letih dan galau menjadi karya yang memukau.

Kiamat bukan sesuatu yang bisa dihindari, agama saya pun memerintahkan untuk mengimani akan datangnya hari itu. Lantas, daripada menyebut pameran ini sebagai cara mempermainkan agama, saya lebih sepakat jika pameran ini adalah penyeimbang wacana berakhirnya kehidupan. Selama ini, stigma yang tumbuh dalam masyarakat adalah bahwa kiamat itu sesuatu yang mengerikan. Kita selau dibuat ketar-ketir. Humor-humor menggelitik dalam pameran ini membuat persiapan kita menghadapi kiamat menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Jadi, kapan pun kiamat datang, selaaaawwww!!!
ini dia kartupos-kartupos yang dijajakan di sana.. Keren-keren yah..
Djarot, manager Ruru Shop dan Asunk, manager Ruru Artlab membuka pameran dengan selow
ini dia nyang punya hajatnya. Perkenalkan!!!


 
oh iya, ada sebuah acara bonus yang sepertinya akan membuat jengkel para penggemar Mocca. Ya, film dokumenter Mocca yang diputar secara rahasia saat malam pembukaannya.. Kontan, para pengunjung pun mengurungkan niat untuk pulang buru-buru.

1 komentar

salamatahari mengatakan...

Whuaaa ... mau datengg ... moga2 pas ke Jakarta masih sempet ke sana. Sampe tanggal 11 kan ? =p

Posting Komentar

© blogrr
Maira Gall