22 Juni 2016

Layang-layang

Di depanku entah ada apa
mataku nyangkut di meja. 

Pikiranku bersayap.
Mulutku bernyanyi, telingaku tak mendengarnya. 

Dan masih saja ada yang iseng bertanya, "Jika yang menangis adalah hati, apakah air yang dikeluarkannya tetap disebut air mata?"

Dua sendok Yogyakarta dua sendok Banda Neira
diaduk pada air Jakarta: porak poranda.

Gelas yang penuh kekosongan itu kuangkat.

Bersulang,
kita ambruk. 

Penonton berdiri dan bertepuk dada. 


Tidak ada komentar

Posting Komentar

© blogrr
Maira Gall