Blok M, Minggu 30 Juni 2012.
Di sini, sulit rasanya untuk
mengalihkan perhatian dari sepaket bola-bola tepung yang mengepung seonggok
gurita kecil di dalamnya. Apalagi bukan cuma satu-dua kios saja yang menawarkan
wangi khasnya, di antara jajaan kuliner lainnya yang ada di festival kebudayaan
Jepang bertajuk Little Tokyo Ennichisai ini bisa jadi kios takoyaki adalah yang
paling sering berulang ditemui mata.
Jika dirunut pun, cemilan ini
memang sedang ngehip di kalangan masyarakat urban macam Jakarta, tak terkecuali
saya. Kegurihan makanan ini setingkat dengan bumbu indomie. Renyahnya pun tak
terdefinisikan. Apalagi, lumuran mayonaise yang dikawinkan dengan saos takoyaki
dibawah taburan (mungkin) irisan bawang itu bikin lidah ini seperti diajak ke
surga. Gurita yang biasa tampil mengerikan pun jadi begitu imut dan
menggemaskan. Membuat lidah, rongga mulut dan gigi saling berebut mencubitinya.
Sungguh berlebihan sekali kamu, Rizki.
Sebenarnya saya kecewa dengan
porsinya yang hanya berisi empat bola saja. Tapi tak apa lah, toh saya tetap
mengeluarkan uang sepuluh ribu demi mendapatkannya. Apalagi saat itu saya di
sana masih sendiri. Lumayan untuk menemani satu – dua lap berkeliling venue, menonton dengan seksama geliat
manusia yang datang meramaikan, menyaksikan sejumlah anak muda yang rela
berdandan ekstrem demi menyerupai karakter di serial animasi/komik Jepang
favoritnya, mengikuti iring-iringan Dashi dan memerhatikan perayaan budaya
Jepang. Membuat Blok M menjadi berrasa takoyaki.
Sementara mulut terus mengulum
takoyaki, mata pun terus menguyah, mencari potongan-potongan waktu yang enak
untuk ditelan ke dalam film kamera.
2 komentar
Ki, gw nemu satu kejanggalan di foto yg ad tiga pria yakuza berbaju hitam..
yes scanning nya ngaco. ada yang ketarik..
Posting Komentar