"Terima kasih untuk ucapannya. Saya tersanjung. Terharu karena masih ada yang ingat sama saya," Ucap Bapak itu kepada kerabatnya lewat telepon. Mendengar ucapan itu, saya pun ikut terharu. Bagaimana tidak, orang yang pada dekade 90an menjadi idola anak-anak seantero Indonesia kini harus merasa tidak banyak yang mengingatnya. Walau saya sadar ungkapan itu hanyalah buah dari pribadinya yang low profile, tapi saya jadi tersentuh, saya malu, saya termasuk orang yang melupakannya
Dulu, tiap Minggu pagi, program TV gubahannya menjadi tontonan nomor satu yang paling dinanti-nanti tiap anak. Aksi mendongeng sambil menggambarnya pun selalu sukses menyirap perhatian kami, para anak-anak di era 80' dan 90an. Ya, beliau adalah sosok yang selalu tampil dengan kumis tebal, blankon, busana beskap lengkap dan suara berat. Beliau adalah orang dibalik kisah kehidupan yang asri dari Unyil, Usro, Cuplis, Pa Ogah, dll. Beliau adalah Drs. Suyadi atau lebih kita kenal dengan nama panggungnya, Pak Raden.
Senin, 28 November kemarin, beliau tepat berusia 79 tahun. Kawan saya, Anis, diundang datang untuk merayakan. Mengetahui kabar itu, saya pun langsung mengajukan diri untuk ikut dan mengajak Dea, kawan saya di Bandung yang ngefans sama Pak Raden. Tapi sayang, karena satu-dua hal yang mendadak Dea berhalangan ikut. Akhirnya, bersama seorang kawan lagi, Bunga, berangkatlah kami ke rumahnya, di bilangan Petamburan, Jakarta Barat. Walau pun rumahnya terletak di gang kecil, tidak sulit bagi kami untuk menemukannya. Pasalnya, tiap kali kami kehilangan arah, orang yang kami tanyai jalan selalu dengan mudahnya menunjukkan. Kami tidak perlu menyebut alamatnya dengan rinci. Cukup dengan bertanya dimanakah rumah Pak Raden.
Setibanya di sebuah rumah mungil di pelosok gang kecil, kami memarkir motor. Sejumlah tamu yang hadir cukup memadati teras rumah. Dari situ saya sudah bisa melihat isi rumah. Dan ya, saya dikejutkan dengan sosok seorang Pak Raden yang lengkap dengan tampilan 'panggung'nya. Wow, ini adalah kali pertama saya melihat langsung sosok Pak Raden seumur hidup. Haha. Tenyata kumis palsunya itu gede banget loh. Mulutnya benar-benar tertutupi. Whaha..Kami pun masuk ke dalam rumah lalu memberi salam dan ucapan.
"Umur sekarang berapa, Pak. 79?" ucap saya polos.
"Wah, saya lupa," jawabnya, sepertinya becanda.
"Ah, bagi saya mah Pak Raden masih umur 17 tahun, hehe." Saya melanjutkan.
Ucapan itu spontan keluar ketika saya melihat rumahnya Pak Raden yang dipenuhi dengan karya-karyanya. Di 'studio mini'nya pun penuh dengan lukisan-lukisan dan gambar (drawing) yang sedang digarap. Usia fisiknya boleh dibilang 79 tahun, tapi semangat berkaryanya masih membara, persis seperti anak muda. .
Kisah-kisah seru soal kehidupan berkarnya pun disajikan oleh Pak Raden kepada kami. Atmosfir yang kami rasakan di masa kecil saat mendengar Pak Raden mendongeng pun seperti hadir kembali. Kami semua duduk mendengarkan Pak Raden. Ia bercerita tentang lukisan-lukisannya yang kebanyakan bertema pewayangan dan tarian, karya-karya drawing yang sedang dikerjakan, hingga komentarnya tentang poster film Sang Penari.
Dengan Antusias beliau juga bercerita tentang rencananya berpameran pada awal tahun 2012 besok. Satu persatu karya yang sedang dikerjakan diceritakannya. Beliau berbagi soal ide cerita dan gayanya dalam menggambar. Menurutnya, detil gestur itu sangat penting, apalagi kalau kita menggambar orang sedang menari.
Ada satu ungkapan menarik dari Pak Raden. Sebagai seorang seniman lukis, adalah wajar kalau ada orang yang tertarik untuk membeli karyanya. Walau Pak Raden juga selalu senang tiap kali karyanya dibeli, ia seperti merasakan hal yang mengganjal di hati. "Tiap kali lukisan laku rasanya itu seperti lagunya Anang: Separuh Jiwaku Pergi. Perasaan senangnya itu cuma saat dapet uang saja, selebihnya sedih. Lukisan yang biasanya tiap hari bisa saya lihat di rumah tiba-tiba nggak ada," begitulah ungkapnya. Hal itu sudah pasti karena Pak Raden selalu tulus dan berkarya dengan jiwa dan rasanya.
Dan, jangan pikir Pak Raden sudah berhenti mendongeng, loh. Ia masih menerima tawaran untuk mendongeng. 9 Desember nanti, Pak Raden diundang untuk mendongeng di acara yang digelar oleh KPK. hmm, sayang untuk dilewatkan tuh..
Dalam Far Magazine edisi 2, Pak Raden bercerita bahwa saat kecil ia bercita-cita untuk menjadi seperti seorang Walt Disney. Pak Raden ingin sekali memiliki studio kartun. Kini, walau 'studio' milik Pak Raden tidak sebesar milik Disney, jasa yang diberikan oleh Pak Raden kepada Indonesia jauh lebih mulia dari apa dicita-citakan. Pak Raden tidak hanya sukses memompa semangat generasi cilik untuk bercita-cita, tapi beliau juga layak dianggap sebagai cita-cita. Mari kita bercita-cita untuk menjadi sesemangat Pak Raden. Berkarya terus tanpa peduli umur!
Selamat ulang tahun Pak Raden.
Salam salut selalu
......
Coba tunjuk tangan siapa yang kangen, salut, terinspirasi dengan Pak Raden? Yuk, mari kita sampaikan rasa salut dan apresiasi kita kepada Pak Raden,
lewat Card to Post mungkin?!.
:)
5 komentar
79, udah tua juga ya ki...
gw juga pernah ketemu orang tua yg dulu terkenal ki, gw lupa namanya tapi dulu doi terkenal karena boneka "TONGKI" mirip2 susan gitu, sedih dah dia udah gak dipake lagi di tipi, trus banyak yang lupa...
tapi salut, doi masih semangat maen boneka "TONGKI"-nya itu meskipun di acara-acara selametan, klo enggak acara kecamatan, dan doi gak malu...
melayangkan ingatanku kembali pada masa masa kecilku dimana pak raden jadi sesosok yg aku takuti karena wajahnya yg serem dan emang jadi tukang marah marah kalau ada yang nakal... hehe
happy birthday pak raden :)
@iya, orang-orang seperti itu memang bikin terharu. mereka konsisten dengan apa yang mereka kerjakan. Dan manfaatnya bisa kerasa sama masyarakat...
@Arif, haha. anehnya, kenapa di serial Unyil Pak Raden hadir sebagai tokoh yang galak..
yg membangun impian tentang indahnya dunia luar...
Berarti, kita kemarin kita sempet ketemuan ya. Hehe...
Posting Komentar