"Seseru apa pun pekerjaan menulismu, sempatkanlah menulis untuk dirimu sendiri,"
Desember tahun lalu, saya menuliskan kalimat tersebut pada sebuah kartu pos yang saya kirimkan ke teman yang bekerja sebagai wartawan. Ungkapan itu dirumuskan bukan sebagai nasihat satu arah, melainkan sekaligus sebagai pesan yang ditujukan untuk siapa pun, termasuk diri saya sendiri.
Bagi saya, kalimat itu adalah pengingat. Agar ketika saya hanyut dalam aktivitas menulis karena tuntutan kerja, saya tetap ingat dan semangat untuk menuliskan cerita dan gagasan personal. Alasannya, sudah pasti karena menulis untuk diri sendiri membuat kita bisa lebih mengeksplorasi diri. Selain itu, selalu ada kepuasan dan sensasi tersendiri ketika kita berhasil menyelesaikan tulisan tanpa tuntutan dari luar. Apalagi, ketika tulisan di-upload ke dunia maya ada satu nilai lagi yang bertambah, yaitu berbagi cerita.
Namun, walau sudah punya obsesi untuk rajin menulis, tetap saja, sejumlah tuntutan hidup yang berputar dalam keseharian tak jarang menandaskannya. Begitu pula lah yang terjadi pada saya. Tak lama setelah mengirimkan kartu pos itu saya bergabung juga jadi wartawan di tempat sama dengan teman saya tersebut. Setahun sudah berlalu, saya pun sering tidak sempat menulis untuk diri sendiri.
Hingga sekarang, karena saya merasa sangat berdosa kepada diri saya sendiri, tekad untuk menggalakkan diri rutin berkarya untuk mengekspresikan diri pun digagas. Merasa tidak seru kalau hanya dilakukan sendiri, maka dengan ini saya mengajak teman-teman semua untuk bersama-sama memaksimalkan diri untuk rutin berbagi cerita selama tiga puluh hari penuh.
Coba diingat-ingat deh, setiap harinya, pasti kita punya banyak hal yang bisa diceritakan kan? Entah itu pengalaman lucu; kejadian yang fenomenal; uneg-uneg atau keluh kesah imbas keseharian; kesan-kesan tentang film, buku atau musik yang baru kita lahap; potongan cerita fiksi; atau ide-ide, imajinasi, serta khayalan seru nan unik.
“Ide itu murah. Percuma kalau elo punya ide tapi nggak direalisasikan,” Gina S Noer, editor sekaligus penulis skenario pernah mengatakan itu pada saya suatu waktu. Menurut mbak Gina, di dunia kreatif, seseorang nggak bakal dapet royalti kalau cuma bisa menyampaikan ide, tanpa mewujudkannya.
Untuk itulah, melalui program 30 Hari Bercerita ini pasti kita semakin terdorong untuk mewujudkan ide-ide yang biasanya cuma dibiarkan mampir numpang duduk di pikiran. Sundea, kawan saya yang di tahun 2010 lalu pernah bergabung di program 30 Hari Menulis gagasan Theoresia Rumthe yang dilanjutkan eksekusinya oleh Maradilla Syachridar, juga ikut sumbang motivasi untuk kita.
“Kita akan saling support menulis. Lalu kita akan merasa menulis itu menyenangkan. Banyak ide yang kadang muncul tapi nggak tertulis, karena ada kewajiban untuk menulis setiap hari, jadi yang nggak tertulis pun akan ditulis,” papar Dea.
Bagi saya, poin utama dalam program ini adalah ide/gagasan dan bercerita. Jadi, tak hanya lewat tulisan, kita bisa menceritakan ide apa pun dengan medium apa pun. Entah itu tulisan deskriptif, puisi, cerita pendek, tulisan review atau opini, fotografi, sketsa, atau pun komik. Pokoknya bebas. Yang penting rutin!
Kalau dirasa-rasa, 30 hari rutin berkarya memang terasa berat. Tapi bukan berarti kita tak bisa. Coba deh pikir lagi, tiap umat muslim juga awalnya pasti akan merasa kewajiban puasa satu bulan penuh adalah hal yang memberatkan. Tapi setelah dilakukan dan mulai terbiasa, tak jarang malah jadi rindu untuk mengulangnya.
Pada intensitas tertentu, tekanan memang diperlukan. Bukan untuk menghancurkan, melainkan memperkuat diri. Dipadu dengan kebersamaan, solidaritas juga akan jadi manfaatnya lagi.
Tak lama lagi, tahun 2012 akan menutup dan berganti angka tahun yang baru, sebuah momen penting bagi kita. Untuk itulah, saya pun memantapkan diri untuk memulai program ini sejak 1 Januari 2013 hingga 30 hari ke depan. Saya yakin, pergantian tahun adalah momen yang pas untuk kita mencari serta membuat cerita.
Mari bergabung bertukar cerita. :)
..
Biar lebih jelas, ini-itu mengenai program 30 hari menulis ini akan dipaparkan lebih detil dalam bentuk poin:
- Tidak ada batasa usia, latar belakang, atau pekerjaan untuk bisa mengikuti program ini
- Tiap peserta wajib memiliki wadah untuk mempublish ceritanya di dunia maya. Entah itu blog, website pribadi, atau fitur Notes pada Facebook.
- Peserta wajib memposting minimal satu cerita dalam satu hari. Dipersilakan bercerita lewat medium apa pun. Entah itu tulisan deskriptif, puisi, cerpen fiksi, fotografi, sketsa, atau pun komik. Pokoknya bebas.
- Ada baiknya kita membuang jauh-jauh pikiran untuk membuat cerita yang ala kadarnya.
- Karena cerita-cerita tersebut akan diunggah pada blog kita, maka ada satu pertimbangan yang harus disyaratkan. Pastikan, cerita yang akan kita share layak untuk dikonsumsi publik.
- Karena program ini dijalankan bersama, maka kendali serta kelestariannya pun dipegang oleh kita bersama juga. Untuk itu, mari kita saling bantu dan sumbang ide demi keberlangsungan.
- Segala update dari program ini akan diumumkan lewat akun twitter @30haribercerita . Nantinya, akun tersebut dipegang oleh setiap peserta. biar asik, nanti kita buat juga jadwal piket mengurus update tersebut.
- Pengumpulan peserta akan dibuka hingga 25 Desember. Program ini dimulai pada 1 januari 2013. Untuk yang ketinggalan, program ini sangat terbuka untuk peserta yang ingin menyusul ikut.
- Setelah menyetujui seluruh aturan main tersebut, untuk yang tertarik bergabung, silakan isi data berikut ini:
- Aturan teknis program ini akan lebih detil disampaikan kemudian.
Tidak ada komentar
Posting Komentar